MyDigital. Konsep cinta menjadi tema pertama di bab Discovery pada Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) tahun 2025.
SK Direktorat Jenderal Pendidikan Islam No. 6077 Tahun 2025 menegaskan posisi panduan KBC secara regulasi.
Konsep Cinta pada Panduan Kurikulum Berbasis Cinta
Cinta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), didefinisikan sebagai perasaan atau keadaan yang mendorong seseorang untuk menyayangi,mengasihi, atau menghargai orang lain.
Cinta dapat mencakup berbagai bentuk,seperti cinta terhadap pasangan, keluarga, teman, bahkan terhadap sesuatu yang lebih luas.
Definisi ini dapat dipahami melalui berbagai perspektif, baik dari filsafat, psikologi, sosiologi, antropologi, hingga agama dan sufistik.
1. Perspektif filsafat:
Cinta memiliki makna yang mendalam.
- Plato (428- 348SM) mengartikan cinta sebagai keinginan untuk bersatu dengan kebaikan yang abadi dan tidak berubah (Plato, 1989).
- Aristoteles (384-322 SM) melihat cinta secara lebih membumi, yaitu sebagai keinginan untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain (Aristoteles, 2020),
- sedangkan Jean-Paul Sartre (1905- 1980) menyebut cinta sebagai keputusan untuk memilih dan berkomitmen pada orang lain (Sartre, 1957).
2. Perspektif psikologi:
Sigmund Freud (1856-1939) menganggap bahwa cinta lebih merujuk pada keinginan untuk memuaskan kebutuhan seksual dan emosional (Freud, 1975).
Sedangkan Erich Fromm (1900- 1980) menekankan bahwa cinta adalah keinginan untuk memberi dan menerima serta membangun hubungan yang seimbang dan saling menghormati (Fromm, 1956).
Lebih rinci, Robert Sternberg (1949-sekarang) memperkenalkan teori cinta yang terdiri atas tiga komponen utama:
- intimasi,
- komitmen, dan
- gairah (Sternberg, 1986).
3. Perspektif sosiologi:
Émile Durkheim (1858-1917) mengartikan cinta sebagai keinginan untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional, yang pada gilirannya membangun hubungan harmonis dengan masyarakat secara utuh (Durkheim, 1915).
Pandangan serupa juga diungkapkan oleh MaxWeber (1864- 1920), yang memandang cinta sebagai elemen penting dalam menciptakan hubungan sosial yang berimbang dan saling menghormati(Weber, 1930).
Clifford Geertz (1926-2006) dan Sherry Ortner (1941-sekarang), dalam kajian antropologi, memandang cinta sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhan kultural dan emosional sehingga memungkinkan lahirnya hubungan yang saling menghargai dalam masyarakat (Geertz, 1973; Ortner, 1989).
SK Dirjen Pendis Panduan KBC 2025
Daftar Isi
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) 2025
Sumber: Panduan Kurikulum Berbasis Cinta 2025
