Konsep Cinta Perspektif Agama pada Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) 2025

Loading

MyDigital. Walaupun panduan ini khusus untuk madrasah, Konsep cinta menurut berbagai Agama di panduan kurikulum berbasis cinta (KBC) tetap menjadi bahasan.

Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) ini resmi berlaku berdasarkan SK Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag No. 6077 Tahun 2025

Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) memberi judul The Golden Rule: Cinta Dalam Perspektif Beragam Agama untuk membahas konsep cinta.

Berdasarkan perspektif agama (semua agama), cinta merupakan elemen mendasar dan esensial meski sifatnya lebih mengarah pada dimensi spiritual.

Dalam agama Islam, cinta dimulai dengan cinta kepada Allah Swt., yang menjadi sumber utama dari segala bentuk cinta.

Hal ini tercermin dalam Al-Qur’an, seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 165 yang menyebutkan,

Di antara manusia ada yang mengangkat tandingan-tandingan (kepada Allah) dan mereka mencintainya seperti cinta mereka kepada Allah.”

Ajaran Nabi Muhammad saw. juga menekankan pentingnya cinta antar sesama manusia, sebagaimana tercatat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,

Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.

Hal senada, bisa ditemukan hampir dalam semua agama. Karena sifatnya yang universal maka prinsip mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri ini disebut the golden rule yang diwakili dengan ungkapan

Perlakukan orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan oleh orang lain”.


1. Perspektif Islam

Masih menyisakan perspektif menarik tentang cinta ini melalui pandangan sufistiknya. Cinta dalam perspektif sufistik memiliki dimensi mendalam, melampaui sekadar hubungan antar manusia (Ghazali,1993).

Dalam tradisi Sufi, cinta dilihat sebagai jalan menuju Tuhan, dimana cinta tidak hanya terbatas pada bentuk fisik atau emosional, tetapi juga berakar pada rasa kerinduan spiritual yang mendalam terhadap Tuhan(Arabi, 2013).

Dalam tingkatan tertentu, cinta pada perspektif ini dipandang sebagai perjalanan spiritual yang penuh dengan pengorbanan diri dan penyucian hati (Gharib, 2012).

Puncaknya, cinta dimaknai sebagai kendaraan untuk mencapai fana (kehilangan diri) dalam diri Tuhan (Razi,2018).

Dalam arti sederhana, cinta bukanlah perasaan semata, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang melibatkan pengorbanan, ketulusan, dan kesetiaan tanpa syarat melalui pengendalian ego dan nafsu sehingga sampai pada kesucian batin dan menyatu dengan rida Tuhan.

2. Perspektif Protestan

cinta dianggap sebagai inti ajaran Yesus, di mana cinta kepada Allah dan sesama adalah dua perintah terpenting (Matius22:37-39).

Cinta dalam agama Katolik juga berakar pada ajaran Yesus, yang menekankan cinta kepada Tuhan dan sesama sebagai inti dari hukum Allah.

3. Perspektif Hindu

Cinta yang tidak bersyarat disebut “Prema” dan tecermin dalam ajaran Bhagavad Gita.

4. Perspektif Buddha

Cinta kasih (Metta) dan belas kasihan (Karuna) adalah landasan dari sikap kasih terhadap semua makhluk yang diajarkan dalam Dhamma pada dan Sutta Pitaka.

5. Perspektif ajaran Konghucu

Konsep cinta “Ren” (!) menekankan kasih sayang dan pengertian dalam hubungan antar manusia, yang tecermin dalam karya-karya klasik seperti Lunyu.


SK Dirjen Pendis Panduan KBC 2025


    Lainnya


    Sumber: Panduan Kurikulum Berbasis Cinta 2025

    Perpustakaan dan Koleksi Peraturan, Panduan Pendidikan