MyDigital. Tantangan kedua yang menjadi latar belakang kurikulum berbasis cinta (KBC) yaitu tantangan dunia pendidikan nasional.
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) terbit berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) No. 6077 Tahun 2025.
Tantangan Dunia Pendidikan Nasional dan Kurikulum Berbasis Cinta
Khusus konteks Indonesia, isu-isu dehumanisasi sangat potensial menjadi tantangan besar yang rumit apabila tidak segera dilakukan pencegahan melalui pendekatan komprehensif dan berkelanjutan.
Indonesia sangat identik dengan keberagaman yang mencakup aspek agama, budaya, suku, bahasa, sampai pada adat istiadat yang terhampar dari Sabang hingga Merauke.
Di satu sisi, keberagaman ini secara afirmatif menjadi kekayaan dan identitas nasional. Namun, di sisi lain, hal ini juga secara negatif dapat memicu konflik jika tidak dikelola dengan baik (Dihni,2023).
Untuk mengatasi tantangan dan mewujudkan pendidikan yang diharapkan, dibutuhkan solusi yang strategis dan tepat sasaran, salah satunya adalah adanya kurikulum yang relevan, efektif, dan berkualitas.
Pada konteks ini, Kurikulum Berbasis Cinta hadir sebagai solusi strategis untuk merespons tantangan-tantangan tersebut sekaligus berupaya mengatasinya melalui wadah pendidikan.
Pendidikan menjadi titik berangkat yang tepat, setidaknya, berlandas pada dua alasan:
1. Penanaman Nilai Sejak Dini
Pertama, pendidikan merupakan pilihan lokus yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai sejak dini. Melalui pendidikan, anak-anak dan generasi muda dapat dibentuk menjadi individu yang memahami, menerima, menghargai, serta memberi warna pada keberagaman. Kurikulum Berbasis Cinta merupakan kurikulum yang inklusif yang memberikan kesempatan bagi murid untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang keberagaman. Proses internalisasi nilai-nilai seperti cinta, toleransi, empati, dan keadilan sosial dapat dilakukan secara sistematis dan terstruktur sejak usia dini.
2. Isu Minor Mencederai Nilai-nilai Kemanusiaan
Kedua, di lembaga pendidikan sendiri telah terjadi isu-isu minor yang mengarah pada pencederaan nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya, masih ditemukan praktik diskriminasi berbasis identitas di lingkungan sekolah, seperti perundungan serta kekerasan (Wardah, 2024; Wibowo, 2024) terhadap murid hingga isu intoleransi (Naufal & Arbi, 2022).
Oleh karena itu, Kurikulum Berbasis Cinta hadir untuk merekonstruksi (menata kembali) sistem pendidikan agar mampu melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan.
SK Dirjen Pendis Panduan KBC 2025
Daftar Isi
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) 2025
Sumber: Panduan Kurikulum Berbasis Cinta 2025
