Definisi Kurikulum Berbasis Cinta
MyDigital. Pembahasan kedua dari design kurikulum berbasis cinta (KBC) tentang definisi atau pengertian dari KBC itu sendiri.
Definisi Kurikulum Berbasis Cinta
Kurikulum Berbasis Cinta dapat berkaitan dengan beberapa teori kurikulum yang berfokus pada perkembangan sosial, emosional, dan moral murid.
Salah satu teori yang paling relevan dengan Kurikulum Berbasis Cinta adalah Teori Kurikulum Humanistik oleh Carl Rogers (1994) yang menekankan pentingnya perkembangan pribadi dan potensi murid sebagai individu yang unik dan bernilai.
Teori ini berfokus pada kebutuhan emosional, sosial, dan psikologis murid, serta mendorong mereka untuk menjadi orang yang mandiri, kreatif, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan masyarakat.
Relevansi Humanistik dengan Kurikulum Berbasis Cinta
Relevansi Teori Kurikulum Humanistik dengan Kurikulum Berbasis Cinta meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Pusat Perhatian pada Murid
Kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan minat murid, bukan hanya untuk memenuhi tujuan akademis.
2. Pengalaman Belajar yang Bermakna
Belajar harus menjadi pengalaman yang bermakna dan relevan dengan kehidupan murid sehingga mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitar.
3. Keterlibatan Emosional
Proses belajar bukan hanya fokus pada aspek kognitif atau intelektual saja, melainkan harus melibatkan emosi dan perasaan murid.
3. Hubungan yang Mendukung
Guru bukan hanya sebagai pengajar yang otoritatif, melainkan berperan sebagai fasilitator yang mendukung dan memfasilitasi proses belajar murid.
KBC, Teori Belajar dan Kecerdasan Emosional
Kurikulum Berbasis Cinta juga relevan dengan Teori Belajar Sosial Albert Bandura (1991), yang menekankan belajar melalui observasi dan imitasi. Ini membantu murid mengembangkan perilaku sosial dan emosional positif, serta mencintai diri dan orang lain melalui interaksi konstruktif.
Selain itu, Teori Kecerdasan Emosional Daniel Goleman (2009) penting dalam pembentukan kurikulum ini. Goleman menyoroti kemampuan mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi positif untuk kesuksesan. Penguatan kecerdasan emosional dalam Kurikulum Berbasis Cinta membimbing murid membangun hubungan penuh kasih dan empati, baik di dalam maupun di luar madrasah.
William McNeil (1981) mendefinisikan kurikulum sebagai seluruh proses belajar, termasuk konteks dan interaksi guru-murid. Konsep ini mendukung Kurikulum Berbasis Cinta yang mengedepankan tidak hanya akademik, tetapi juga nilai emosional, sosial, dan moral.
Secara keseluruhan, Kurikulum Berbasis Cinta adalah kurikulum yang fokus pada pengembangan karakter, pembelajaran berbasis pengalaman, serta perhatian mendalam pada aspek sosial dan emosional. Tujuannya melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan berbasis cinta.
Kurikulum ini adalah jiwa dari seluruh kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler dalam Kurikulum Nasional. Khusus di madrasah, tujuannya beririsan dengan mata pelajaran kekhasan seperti Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, dan SKI, di mana nilai-nilai cinta akan diperkuat. Pada mata pelajaran umum, nilai-nilai cinta akan diimplementasikan melalui pembiasaan dan penguatan bagi guru pengampu
SK Dirjen Pendis Panduan KBC 2025
Daftar Isi
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) 2025
Sumber: Panduan Kurikulum Berbasis Cinta 2025
