Kurikulum Merdeka. Dunia pendidikan madrasah terus berkembang mengikuti kebutuhan zaman. Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Agama telah memperkenalkan kurikulum madrasah terbaru yang selaras dengan Kurikulum Merdeka.
Kurikulum Madrasah Terbaru 2025:
Pengertian, Karakteristik, dan Kedudukannya dalam Kurikulum Nasional
Tujuannya adalah agar peserta didik di madrasah tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga mampu bersaing di bidang sains, teknologi, dan keterampilan hidup.
Apa Itu Kurikulum Madrasah Terbaru?
Secara sederhana, kurikulum madrasah terbaru adalah pedoman pembelajaran di madrasah yang memadukan ilmu pengetahuan umum dengan nilai-nilai Islam. Kurikulum ini dikembangkan oleh Kementerian Agama agar sejalan dengan kebijakan pendidikan nasional, namun tetap mempertahankan kekhasan madrasah.
Dalam kurikulum ini, siswa tidak hanya belajar mata pelajaran umum seperti matematika, bahasa Indonesia, atau sains, tetapi juga pelajaran keagamaan seperti Al-Qur’an Hadis, Fiqih, Akidah Akhlak, Bahasa Arab, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Dengan begitu, madrasah berperan penting membentuk generasi yang berilmu sekaligus berakhlak mulia.
Karakteristik Kurikulum Madrasah Terbaru
Kurikulum madrasah memiliki sejumlah karakteristik yang menjadikannya unik dibanding sekolah umum. Beberapa di antaranya:
- Integrasi ilmu agama dan umum. Semua mata pelajaran dirancang untuk saling melengkapi, tidak memisahkan antara ilmu dunia dan akhirat.
- Berbasis nilai karakter Islami. Pendidikan di madrasah menanamkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, dan kepedulian sosial.
- Fleksibel dan kontekstual. Kurikulum madrasah terbaru mengadopsi prinsip Kurikulum Merdeka, yang memberi ruang bagi siswa untuk belajar sesuai minat dan kemampuannya.
- Berorientasi pada masa depan. Madrasah kini mendorong pembelajaran berbasis proyek, teknologi digital, dan kewirausahaan agar siswa siap menghadapi tantangan zaman.
Dengan karakteristik tersebut, kurikulum madrasah 2025 diharapkan mampu mencetak lulusan yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.
Landasan Pengembangan Kurikulum Madrasah
Pengembangan kurikulum madrasah terbaru didasarkan pada beberapa landasan penting, yaitu:
- Landasan filosofis: berakar pada nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis.
- Landasan yuridis: sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta regulasi Kementerian Agama.
- Landasan psikologis dan sosial: memperhatikan perkembangan peserta didik, kebutuhan masyarakat, dan kemajuan teknologi.
Dengan landasan tersebut, kurikulum madrasah tidak hanya mengikuti arah kebijakan nasional, tetapi juga menjaga karakter khas pendidikan Islam.
Kedudukan Kurikulum Madrasah dalam Kurikulum Nasional
Secara resmi, kurikulum madrasah merupakan bagian dari kurikulum nasional. Artinya, madrasah menerapkan kurikulum yang ditetapkan pemerintah, namun dengan tambahan muatan keislaman. Kementerian Agama memiliki kewenangan penuh untuk menyesuaikan dan mengembangkan kurikulum tersebut agar tetap relevan dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik madrasah.
Dengan posisi ini, madrasah menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan secara akademik, tetapi juga menanamkan nilai spiritual dan karakter Islami yang kuat.
Perkembangan Kurikulum Madrasah di Indonesia
Kurikulum madrasah terus mengalami perubahan dan penyesuaian agar tetap relevan dengan kebijakan pendidikan nasional. Setiap perubahan membawa semangat baru untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah, baik dari sisi akademik maupun spiritual. Berikut adalah perjalanan perkembangan kurikulum madrasah dari tahun 2006 hingga kurikulum berbasis cinta yang kini mulai dikenal di beberapa madrasah.
1. Kurikulum Madrasah 2006
Kurikulum Madrasah 2006 dikenal juga sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini menekankan pada kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Artinya, guru diberi kebebasan untuk menyusun dan mengembangkan bahan ajar sesuai kebutuhan siswa dan lingkungan sekitar.
Pada masa ini, madrasah mulai menerapkan pembelajaran yang lebih fleksibel. Guru tidak hanya terpaku pada buku teks, tetapi juga dapat mengembangkan kegiatan belajar yang kreatif. Nilai-nilai Islam tetap menjadi bagian penting dalam setiap mata pelajaran, sehingga siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter Islami.
2. Kurikulum Madrasah 2013
Selanjutnya, pemerintah memperkenalkan Kurikulum 2013 (K-13) yang juga diadaptasi oleh madrasah. Fokus utama kurikulum ini adalah pembentukan karakter dan kompetensi abad 21. Artinya, siswa tidak hanya dituntut untuk tahu (knowing), tetapi juga memahami (understanding) dan mampu menerapkan (doing) ilmu yang dipelajarinya.
Ciri khas Kurikulum Madrasah 2013 adalah penerapan pendekatan scientific learning (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan). Dengan pendekatan ini, siswa dilatih untuk berpikir kritis dan aktif dalam proses pembelajaran.
Selain itu, muatan pelajaran keagamaan tetap diperkuat agar siswa tetap berpegang pada nilai-nilai Islam di tengah kemajuan ilmu dan teknologi.
3. Kurikulum Merdeka Madrasah
Seiring dengan kebijakan Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek, madrasah juga beradaptasi dengan meluncurkan Kurikulum Merdeka Madrasah. Kurikulum ini memberi kebebasan lebih luas kepada guru dan siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai dengan potensi masing-masing.
Dalam kurikulum ini, siswa diajak untuk lebih aktif dan kreatif melalui pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Misalnya, siswa bisa membuat proyek tentang kebersihan lingkungan sekolah, pengelolaan sampah, atau penguatan nilai-nilai akhlak.
Kurikulum Merdeka Madrasah juga menekankan pentingnya keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan spiritual. Jadi, belajar di madrasah bukan hanya tentang nilai rapor, tapi juga tentang bagaimana siswa tumbuh menjadi pribadi yang beriman, mandiri, dan berakhlak baik.
4. Kurikulum Berbasis Cinta
Inovasi terbaru dalam pendidikan madrasah adalah konsep Kurikulum Berbasis Cinta. Kurikulum ini berfokus pada penanaman nilai-nilai kasih sayang dan kepedulian melalui panca cinta, yaitu:
- Cinta Allah dan Rasul-Nya
- Cinta Ilmu
- Cinta Alam
- Cinta Diri dan Sesama
- Cinta Tanah Air
Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya diajarkan untuk berpikir cerdas, tetapi juga untuk memiliki hati yang lembut dan penuh kasih. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap Allah, menghargai ilmu, menjaga lingkungan, berbuat baik kepada sesama, dan mencintai bangsanya.
Kurikulum ini menjadi bentuk nyata dari pendidikan yang berjiwa Islami dan humanis — mendidik dengan hati, bukan sekadar dengan angka.
Sumber: Panduan Kurikulum Berbasis Cinta